REFLEKASI MATERI MODUL 1.4. BUDAYA POSITIF

PERAN SAYA SEBAGAI CGP DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF 

DI SEKOLAH 


Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya, tentunya diperlukan serangkaian upaya untuk tetap melestarikannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menjadikan sekolah sebagai wadah untuk mengembangkan budaya positif yang berisi nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Untuk menciptakan budaya positif ini, membutuhkan serangkaian upaya yang harus dilakukan sekolah, mulai dari menetapkan jenis budaya positif yang akan dikembangkan atau dibiasakan, merancangkan stretegi pelaksanaannya, termasuk menetapkan sumber daya pendukung kegiatan. 

Dalam pelaksanaan kegiatan ini kolaborasi guru dan semua pemangku kepentingan di sekolah sangat memegang peranan penting. Saya sebagai guru penggerak, yang salah satu perannya adalah mendorong kolaboratif, mendorong saya untuk bergerak mewujudkan budaya positif. Budaya positif yang mengandung nilai-nilai universal yang diakui dan dipahami serta dijalankan oleh semua orang. Untuk mewujudkan hal ini, penerapan disiplin positif menjadi penting, namun untuk menerapkan disiplin ini sesuai degan makna disiplin yang sebenarnya, yakni proses belajar untuk perbaikan, seperti yang dikemukakan oleh Diane bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. 
Dalam hal ini belajar yang mampu mencetak manusia yang merdeka seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa; merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri. Agar dapat mengembalikan penerapan disiplin positif ini, sesuai dengan makna yang sesungguhnya, maka dibutuhkan insan-insan yang mampu menggerakkan hal tersebut. Dalam konteks ini guru penggerak , harus hadir menggerakkan roda organisasi agar bergerak mewujudkan budaya positif tersebut. Budaya positif disekolah dapat dimulai dengan menyusun keyakinan kelas, yang akan mendukung keyakinan sekolah. Untuk menjaga keyakinan kelas dan keyakinan sekolah dari penerapan yang tidak sesuai, maka diperlukan restitusi dalam penanganan murid. Dalam penerapan restitusi ini, pihak yang membina harus mampu memahami kebutuhan dasar manusia agar mampu menghadirkan solusi yang benar-benar muncul dalam diri murid yang mau memperbaiki kesalahaannya. 
Oleh karena itu guru sebagai pembina harus memahami posisi kontrol yang ia ambil agar terhindar dari penanganan yang keliru. Salah satu penanganan yang keliru adalah dengan menerapkan hukuman karena posisi ini hanya akan melahirkan murid yang pendendam, selain posisi penghukum, posisi membuat orang bersalah juga harus dihindari karena akan hanya mencetak murid yang rendah diri. Kedua posisi tersebut harus ditinggalkan karena hanya akan mencetak murid yang beridentitas gagal, ada beberapa posisi yang dapat diambil oleh guru untuk mencetak identitas sukses, seperti posisi menjadi teman, posisi pemantau, namun kedua posisi tersebut juga mengandung kelemahan, karena pada posis sebagai teman, murid ada kemungkinan tidak mampu menjaga jarak, pada posisi pemantau juga masih memiliki kelemahan karena ada kecenderungan menciptakan murid yang taat hanya ada pemantau atau ada aturan saja. Posisi yang ideal adalah posisi manajer yakni posisi yang memberdayakan murid dengan menghadirkan solusi dengan mencari akar permasalahan yang dilakukan murid, serta memberi kesempatan kepada murid untuk mencari sendiri solusi yang akan dilakukan sehingga solusinya benar-benar muncul dari dalam dirinya sendiri atau biasa disebut motivasi instrinsik. 
Kesimpulannya sebagai guru penggerak yang mempunyai visi belajar, kolaborasi dan refleksi, guna mewujudkan pembelajaran masa depan yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, yakni pendidikan yang memerdekakan serta berpihak pada murid. Oleh karena itu saya sebagai guru penggerak, aktivitas yang dilakukan selalu berorientasi pada nilai dan peran guru penggerak untuk mewujudkan visi yang dimiliki dalam menciptakan pendidikan yang berbasis pada murid. Artinya semua aktivitas yang dilakukan senantiasa selalu siswa yang menjadi tujuan akhirnya.

PEMAHAMAN TENTANG KONSEP-KONSEP INTI  MATERI MODUL 1.4. 


    

Sajian Modul 1.4. tentang budaya positif, merupakan materi yang menantang bagi saya sebagai calong guru penggerak angkatan 5, pada modul ini terdiri dari beberapa materi yang saling berkaitan, melalui tulisan ini saya akan menyajikan pemahaman saya tentang materi esensi dari setiap topik, sebagai hasil belajar pada modul ini, sekaligus refleksi tindakan yang sudah diterapkan di sekolah saya, serta ranah-ranah budaya positif yang masih harus diperbaiki atau disempurnakan implementasinya. 

a. Disiplin Positif 

Pada pembelajaran tentang materi disiplin positif saya memperoleh pemahaman bahwa kita harus mengubah paradigma berpikir sebagai seorang guru dalam menerapkan disiplin, karena pemahaman saya selama ini disiplin berkaitan dengan kepatuhan semata, ternyata dalam konteks disiplin ini mengandung makna belajar yang membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan mulia, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai agar tercapai tujuan mulia yang diinginkan. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. 

b. Teori Kontrol

Pada pembelajaran teori kontrol saya memperoleh pemahaman bahwa saya sebagai guru harus mengubah paradigma dari Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol. Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa “..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda.” Oleh karena itu CGP diajak untuk memahami perbedaan antara teori stimulus respon dengan teori kontrol. Setelah saya mempelajari materi ini, saya sebagai guru harus beralih ke pembinaan dengan menggunakan teori kontrol karena teori ini lebih memberdayakan, karena teori ini lebih menekankan pada kolaborasi, dengan pendekatan menang-menang bukan kalah menang seperti pada teori stimulus respon atau posisi menghukum.

 c. Teori Motivasi 

Pada pembelajaran teori motivasi saya memperoleh pemahaman bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang pasti ada alasannya, menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia; 1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman; maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal; 2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain; 3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai- nilai yang mereka percaya.

 d. Hukuman dan Penghargaan 

Pada pembelajaran materi hukuman dan penghargaan serta restitusi, saya memperoleh pemahaman bahwa hukuman dan konsekuensi, keduanya merupakan tindakan yang membentuk identitas gagal pada murid jika diterapkan dalam pembinaan siswa. Sedangkan konsekuensi dan restitusi akan menciptakan identitas sukses pada murid, namun yang sangat direkomendasikan untuk pembinaan murid dalam menganani kekeliruan perilaku murid adalah restitusi, karena tindakan pembinaan restitusi ini mendorong disiplin positif. Restitusi dapat mendorng disiplin positif, karena murid merasa dihargai, diperbayakan serta mencari solusi yang dimunculkan sendiri dari dalam dirinya sendiri murid yang melakukan kekeliruan perilaku tersebut. 

e. Posisi Kontrol Guru 

Pada materi posisi kontrol saya memperoleh pemahaman bahwa terdapat 5 posisi kontrol yang terjadi atau dapat diambil oleh guru dalam membina murid dikelas, yakni; pemberi hukuman; membuat orang bersalah; teman; pemantau; dan manajer. Pada posisi pemberi hukuman, guru bertindak memberikan hukuman fisik atau verbal kepada murid dalam membina murid. Pada posisi ini hasilnya murid akan menjadi pendedam serta berperangai negatif. Pada posisi membuat orang bersalah, guru mengunakan kata-kata lembut yang membuat orang merasa bersalah. Pada posisi ini, hasilnya murid menjadi minder dan tidak percaya diri. Pada posisi teman, tindakan yang dilakukan guru dengan melakukan bujukan persuasif baik positif maupun negatif, namun tindakan ini juga tidak direkomendasikan karena murid hanya akan patuh dengan satu guru saja. Pada yang lain tidak akan ia lakukan. Pada posisi sebagai pemantau, guru bertindak sebagai penegak aturan dengan tanpa kompromi. Pada posisi ini guru hanya menegakkan aturan dan siswa harus menerima konsekuensi dari aturan yang sudah ditetapkan. Pada posisi manajer, guru bertindak posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. 

f. Kebutuhan Dasar Manusia 

Pada materi kebutuhan dasar manusia, saya memperoleh pemahaman bahwa manusia dalam melakukan aktivitas tentunya untuk memperoleh atau memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia. Terdapat 5 kebutuhan dasar yang akan berusaha dipenuhi oleh setiap manusia. Lima kebutuhan ini yang mendasari tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh seseorang. Kelima kebutuhan tersebut adalah; kebutuhan untuk bertahan hidup (survival); kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging); kebebasan (freedom); kesenangan (fun); dan penguasaan (power). Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk bertahan hidup, seperti makan, minum dan lain-lain. 


Sumber: shorturl.at/HKW69

Dalam menjalankan aktivitas juga, manusia juga bukan hanya semata-mata untuk bertahan hidup, namun juga untuk memperoleh kasih sayang dan rasa diterima, oleh karena itu kebutuhan ini harus diperhatikan dengan baik karena apabila tidak merasa disayangi atau diterima biasanya akan melakukan penolakan untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Perasaan disayangi dan diterima ini biasanya akan mendorong orang untuk mencurahkan pikiran dan tenaganya karena ia merasa memiliki apa yang ada dalam kolompok tersebut. Kebutuhan yang berikutnya adalah kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan ini jika tidak diperhatikan akan menghambat kreativitas. Termasuk kebutuhan akan rasa senang, karena jika seseorang tidak senang atau tidak menikmati apa yang ia lakukan, maka apa dilakukan hanyalah sebagai beban, bukan muncul dari dalam hati nurani. Kemudian tatkala pentingnya adalah kebutuhan penguasaan, mengapa hal ini penting diperhatikan, karena jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka seseorang akan lebih cenderung apatis atatu tidak mempunyai inisiatif. 

g. Keyakinan Kelas 

Pada materi keyakinan kelas, saya memperoleh pemahaman bahwa keyakinan kelas merupakan kesepakatan bersama yang dibangun diruang kelas oleh murid bersama guru dengan merujuk pada nilai-nilai kabajikan universal atau yang dapat diterima secara umum, yang akan menjadi budaya positif dalam jangka panjang. 

h. Segitiga Restitusi. 

Pada Materi segitiga restitusi, saya memperoleh pemahaman bahwa restitusi merupakan pola pembinaan murid yang terdiri dari 3 sisi yang menjadi perhatian guru dalam membina muridnya. Sisi yang pertama adalah menstabilkan identitas, tindakan yang kedua adalah memvalidasi tindakan salah, ketiga menanyakan keyakinan. Pada sisi menstabilkan identitas, langkah ini penting dilakukan agar murid kembali pada identitas sukses. 
Cara yang dapat dilakukan dengan memberi keyakinan bahwa tindakan yang ia lakukan ada alasan, ada solusi, serta memberikan keyakinan bahwa kita manusia tidak luput dari kesalahan, namun tetap harus berusaha menjadi lebih baik. 

 
Sumber: shorturl.at/inQUV

Pada sisi memvalidasi tindakan yang salah, tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan tindakan yang ia lakukan, benar atau salahnya tindakan yang ia lakukan serta apa tindakan yang dapat ia lakukan untuk menjadi lebih baik yang muncul dari dalm dirinya. Pada sisi menanyakan keyakinan, tindakan yang dapat dilakukan dapat menanyakan apa nilai-nilai yang ia langgar bagaimana melakukannya, serta apa perasaan dia jika ia berhasil melakukan tindakan yang benar sesuai keyakinan yang ada. 

HAL-HAL YANG MENARIK BAGI SAYA DAN DI LUAR DUGAAN  

YANG TERSAJI  PADA MODUL 1.4. 

a. Pada Materi Disiplin Positif 

Hal baru yang saya peroleh dengan mempelajari materi tentang disiplin positif ini adalah bukan hanya semata kepatuhan tapi pada ranah tanggung jawab dalam mengontrol diri sebagai manusia yang merdeka yang mampu memerdekakan dirinya seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa “merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri.” Ungkapan KHD tersebut memberi gambaran bahwa guru harus mampu menuntun murid pada terciptanya murid yang bukan hanya sekedar patuh karena ada perintah, namun ia mau melakukan tindakan tanpa ada perintah atau kontrol sekali pun.

b. Pada Materi Teori Kontrol 

Hal yang diluar dugaan yang saya peroleh adalah toeri kontrol menggugah saya tentang tindakan saya sebagai guru, karena selama ini saya menerapkan teori stimulus respon, yang berorientasi menang kalah, artinya pada tindakan ini ternyata saya tidak memahami bahwa saya egois, karena hanya mengutamakan diri saya sebagai guru yang menang, murid saya kalah atau hanya menurut saja, tanpa memikirkan mereka menerima dengan senang hati atau tidak, hal ini dapat memicu tindakan yang lebih negatif jika murid saya tidak menerima perlakukan yang diberikan. 

c. Pada Materi Teori Motivasi 

Hal yang tak terduga pada materi ini adalah bahwa dalam menerapkan disiplin positif, sebagai guru selalu berupaya menggugah hati murid-murid, agar mereka mampu menyadari dirinya sehingga mereka menyadari nilai-nilai yang mereka percaya, sehingga mereka tampil menjadi insan yang selalu menghargai diri dan orang lain.

d. Pada Materi Hukuman dan Penghargaan 

Hal yang tak terduga pada materi ini adalah restitusi ini sebenarnya saya sudah sebagian saya sudah terapkan terutama pada sisi validasi tindakan salah dan menstabilkan identitas, hanya menanyakan keyakinan yang belum dilakukan, dengan materi restitusi maka tindakan pembinaan akan semakin sempurna.

e. Pada Materi Posisi Kontrol Guru 

Hal yang tak terduga pada materi ini adalah bahwa ternyata posisi saya selama ini keliru dalam membina murid saya, selama ini masih saya berposisi sebagai pemantau yang menegakkan aturan sekolah, kedepan saya berupaya menjadi manajer untuk murid-murid saya. Hal ini bukan tanpa alasan karena posisi pemantau masih memiliki kekurangan karena guru hanya bertindak menegakkan aturan tanpa kompromi atau memahami apa yang menjadi inti masalah dari murid, sedangkan pada posisi manajer, peluang untuk membentuk kembali identitas sukses yang sebenarnya akan benar-benar terwujud karena solusi lahir dari murid. Pada posisi ini murid memahami bahwa dirinya melakukan tindakan yang tidak sesuai, sehingga ia pun dengan sadar mau memperbaikinya.

f. Pada Materi Keyakinan Kelas 

Hal yang tak terduga yang saya dapat pada materi ini adalah keyakinan kelas merupakan hal baru yang saya harus terapkan dikelas saya, yang selama ini masih bersifat peraturan kelas yang sifat masih sepihak atau muncul inisiatif dari guru atau wali kelas saja.

g. Pada Materi Segitiga Restitusi. 

Hal yang tak terduga bagi saya pada materi ini adalah materi ini merupakan materi baru bagi saya dalam membina murid saya. Terutama dalam menanyakan keyakinan yang dilanggar atau diyakini, yang harus saya perbaiki untuk pembinaan murid saya dimasa yang akan datang. Pada materi ini sisi restitusi yang saya sudah praktekkan dalam pembinaan murid saya adalah pada sisi validasi tindakan salah satu kegiatan yang saya lakukan adalah dengan menanyakan apa tindakan yang ia lakukan sehingga ia dipanggil ketemu dengan saya sebagai gurunya. 
Tindakan lain,  memanggil pihak lain atau muird lain jika berkaitan dengan kasus tersebut, lalu menanyakan kebenaran informasi yang diperoleh, kemudian dinasehati dan ditanya bersediakah untuk berubah sesuai dengan nilai atau aturan yang ada, termasuk ditanya apa tindakan yang harus dilakukan untuk menjadi lebih baik sesuai masalah yang ia sudah lakukan. 
Sedangkan menanyakan keyakinan belum saya lakukan, hal inilah yang saya harus lakukan, termasuk menyempurnakan semua langkah-langkah penerapan restitusi sehingga pembinaan lebih bermakna dan menyentuh serta memberdayakan murid. Harapannya pembinaan akan membuahkan hasil berupa perubahan perilaku yang muncul dari dalam hati mereka tanpa ada paksaan sedikit pun.

PERUBAHAN CARA BERPIKIR SETELAH BELAJAR MODUL 1.4. 


Perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya dalam menciptakan budaya positif adalah guru harus bergerak untuk memulai mengkampayekan atau mensosialisasikan pentingnya budaya positif, khususnya saya sebagai CGP berkewajiban untuk menyuarakan pentingnya budaya positif . Perubahan yang mendasar yang harus segera dilakukan yakni tentang penanganan murid yang melakukan tindakan yang tidak sesuai. Dalam penanganan kasus, harus berupaya menggunakan model penanganan dengan menggunakan restitusi, sehingga murid merasa lebih diberdayakan dan dihargai. Perubahan lain menyangkut posisi kontrol yang harus diambil oleh guru, saya sebagai CGP berupaya merubah posisi kontrol yang diambil dari posisi pemantau selama ini, menjadi posisi manajer sehingga murid merasa terpanggil dari hati nurani dalam menyelesaikan masalah yang telah ia lakukan. Perubahan lain yang berkaitan dengan pembentukan budaya positif setelah saya mempelajari modul ini adalah saya segera merevisi kesepakatan atau aturan kelas menjadi keyakinan kelas yang berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang bersifat universal dalam rangka mewujudkan murid yang harus memiliki Profil Pelajar Pancasila.

PENGALAMAN TERKAIT PENERAPAN KONSEP-KONSEP PADA MODUL BUDAYA POSITIF YANG SUDAH BAIK DI SMAN 9 KENDARI 

Pengalaman yang pernah saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah saya tentang pembinaan siswa yang selama ini menggunakan posisi kontrol sebagai pemantau, hal ini bukan tanpa alasan karena sekolah saya dalam menangani siswa berbasis Tata Tertib Sekolah. Kondisi ini turut mempengaruhi posisi saya sebagai guru. Ternyata berdasarkan modul budaya positif ini posisi seperti ini disebut sebagai posisi pamantau. Saya pun menyadari memang sesuai dengan posisi saya, jika ada murid saya melanggar, maka murid saya hanya menerima konsekuensi tanpa ada kompromi. Termasuk pemberian sanksi sesuai aturan yang tertera di dalam TATIB SMAN 9 Kendari. 
Perasaan saya pada saat itu saya merasa, tindakan itu merupakan tindakan yang paling sesuai dan paling ideal, dan saya merasa saya hebat dalam menangani permasalahan murid saya, namun ternyata itu sangat bertentangan dengan pembinaan murid model restitusi yang menggutamakan posisi kontrol sebagai manajer di dalamnya. Pada posisi ini saya merasa pada saat saya terapkan pada beberapa kasus yang terjadi pada rentang waktu selama mempelajari modul ini, siswa saya lebih menerima dan tersenyum lega setelah mereka menjalani proses bimbingan dan penyelesaian masalahnya.
Hal ini pun membuat saya semakin merasa bahagia dan merasa lebih memberdayakan murid saya dibandingkan sebelum saya mengenal teori pembinaan restitusi ini. Merujuk pada hal itu maka perlu serangkaian penyempurnaan pembinaan murid dengan menerapkan secara lengkap ketiga sisi restirusi mulai dari validasi tindakan salah, menguatkan identitas, serta menanyakan keyakinan kelas atau keyakinan sekolah. Untuk mendukung hal itu maka perlu dimulai penyusunan keyakinan kelas dan keyakinan sekolah. 

SARAN 

Menurut saya, konten pada modul ini sudah sangat bagus dan mendukung penerapan budaya positif. Namun sebagai CGP yang diminta pendapat serta tanggapan tentang adakah materi lain yang penting untuk dipelajari dalam menciptakan budaya positif, yang harus ditambahkan. Maka saya memberi masukan bahwa materi yang menurut saya perlu ditambahkan adalah materi peran orang tua dalam mendukung penerapan budaya positif, karena menurut saya hal ini penting karena murid lebih banyak bersama orang tua, sedangkan disekolah cukup terbatas. Hal ini perlu dimunculkan menurut saya agar pembinaan berjalan berkesinambungan, serta nyambung sekolah dan rumah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

VISI SAYA SEBAGAI GURU PENGGERAK

PRAKARSA PERUBAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAGJA