REFLEKSI ANTAR MATERI NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK
sumber:guru berbagi
Untuk memperdalam pemahaman pada modul 1.2. tentang nilai dan peran guru penggerak, maka pada modul ini disajikan beberapa materi pendukung yang berkaitan dan mendukung yakni; Perumpamaan Otak 3-in-1 (Triune) Manusia Menggunakan Tangan; Aksioma1 terkait “pilihan” (Glasser, 1998); diagram gunung es; motivasi instriksik dan 5 kebutuhan dasar manusia; teori pilihan rasional; teori kebutuhan menurut Marslow; konsep manusia merdeka; tahap tumbuh kembang anak menurut Erik Erikson serta Ki Hajar Dewantara; serta profil pelajar Pancasila. Pada modul ini disajikan materi trapesium usia yang berkaitan dengan nilai-nilai yang mempengaruhi selama perjalanan hidup sebagai guru hingga sebagai guru penggerak.
Materi-materi tersebut untuk mendukung seorang calon guru penggerak sehingga nilai-nilai guru penggerak yakni; (1) berpihak pada murid, (2) reflektif, (3) mandiri, (4) kolaboratif, serta (5) inovatif dapat terpatri dalam dirinya.
Nilai-nilai tersebut diatas menjadi dasar bagi seorang guru penggerak dalam menjalankan peran sebagai pemimpin pembelajaran; sebagai coach agi guru lain; dalam mendorong atau melakukan kolaborasi; dalam mewujudkan kepemimpinan murid (Student Agency); maupun dalam menggerakkan komunitas praktisi. Namun nilai-nilai tersebut tentunya tidak berdiri sendiri, namun dukungan kompetensi seperti; (1). mengembangkan diri dan orang lain; (2). meminpin pembelajaran; (3) memimpin pengembangan sekolah; (4) memimpin manajemen sekolah, harus terus dikembangkan atau ditingkatkan.
Upaya Peningkatan kompetensi ini membutuhkan komitmen yang kuat yang muncul dalam diri seseorang, sehingga seseorang dapat terus tergerak, bergerak dan menggerakkan. Dalam mewujudkan komitmen yang kuat, maka motivasi sangat berperan penting sehingga seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu. Seamakin kuat motivasi seseorang maka semakin kuat dorongan yang akan dimunculkan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang yakni pengaruh dari dalam dan pengaruh dari luar, atau biasa dikenal dengan motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Menurut Marslow ada beberapa motif yang mendorong seseorang dalam melakukan kegiatan, motivasi ini biasanya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan.
Teori ini dikenal dengan teori kebutuhan Marslow. Menurut Beliau, seseorang akan memiliki dorongan kuat untuk melakukan kegiatan karena dorongan dalam pemenuhan kebutuhan yang terbagi kedalam lima tingkatan pemenuhan, yakni; kebutuhan dasar atau fisiologi; kebutuhan akan rasa aman; kebutuhan sosial (rasa cinta, kasih sayang, serta hak kepemilikan); kebutuhan mendapatkan penghargaan; kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan ini tentunya kita diperhadapkan dengan berbagai pilihan, namun menurut (Glasser, 1998) terkait Aksioma “pilihan” (Glasser, 1998), bahwa .karena setiap perilaku ada dalam kendali kita sendiri, maka kita perlu fokus pada apa yang dapat dilakukan (fokus pada kata-kerja) untuk mengambil kendali atas perilaku dalam suatu keadaan bukan berperilaku sebagai korban dari suatu keadaan.
Dalam konteks ini dapat diperoleh gambaran bahwa kita harus fokus dalam menentukan pilihan sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Mengapa pertimbangan ini harus dilakukan, karena kita manusia memiliki kecenderungan seperti binatang, karena manusia pada dasarnya memiliki tiga komponen otak yakni otak reptil, mamalia, dan otak berpikir- otak luhur atau otak primata. Oleh karena itu manusia harus sadar sepenuhnya dalam pengambilan keputusan untuk tidak tergesa-gesa, karena terdapat kemungkinan keputusan tersebut muncul dari pemikiran otak reptil atau mamalia atau bahkan otak primata yang dapat menyebabkan munculnya kerugian bagi diri dan orang lain.
Agar hal tersebut diatas tidak terjadi serta seseorang dapat terus bergerak sesuai koridor yang baik dan benar, maka perlu mengontrol ketiga komponen (3-in-1 (Triune)) otaknya. Pada perumpamaan yang menggunakan jari manusia memberikan gambaran bahwa ketiga bagian otak memiliki tugas dan peran masing-masing; pada otak reptil yang terhubung dengan batang otak yang bertugas memberikan respon otomatis demi kelangsungan hidup yang berkaitan dengan jantung dan peredaran darah, pernapasan dan lainnya. Pada bagian otak mamalia, bertugas mengendalikan emosi serta bagian otak berpikir atau otak luhur - otak primata bertugas dalam menghasilkan gerak dan aktivitas rasional, kreatif dan inovatif, sesuai dengan nilai-nilai guru.
Dalam menjalankan perannya terutama dalam menjadi pemimpin pembelajaran, seorang guru penggerak harus mampu mengendalikan kerja otaknya sehingga dalam menentukan pilihan dalam mengembangkan muridnya sesuai dengan tahapan perkembangan anak baik tahap perkembangan yang merujuk pada konsep Ki Hajar Dewantara maupun konsep Erik-Erikson.
Mengapa hal ini penting dipahami oleg seorang guru, karena dengan memahami perkembangan psikologi anak, maka guru dapat menyesuaikan cara dan metode yang ia akan gunakan untuk membelajarkan muridnya sehingga tidak memunculkan kesan memaksakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kemampuan serta kodrat sang anak.
Kondisi ini dapat berpotensi menghalangi kemerdekaan anak dalam mengikuti proses pendidikan. Padahal menurut Ki Hadjar Dewantara “Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat.” (Dasar-dasar Pendidikan, 1936).
Merujuk pada konsep ini maka dalam pendidikan kemerdekaan sang anak menjadi prioritas dalam membangun pendidikan sehingga dapat terjadi lompatan kemajuan pendidikan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai atau karakter sebagai bangsa Indonesia melalui pembelajaran yang menerapkan pembelajaran berbasis Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja (P5BK).
Komentar