REFLEKSI TRAPESIUM UMUR, NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK
REFLEKSI
BERKAITAN DENGAN TRAPESIUM USIA
Berkaitan dengan nilai posistif dan negatif yang berkaitan dengan trapesium usia yang
saya buat adalah berikut:
Untuk nilai
posistif terjadi pada saat saya masih
duduk dibangku SMEA Negeri 1 Bau-Bau.
Nilai positif tersebut berkaitan dengan cerita atau kisah guru saya yang berasal
dari kampung ke Kota Bau-Bau. Kala itu akses transportasi sangat sulit dari
kampung ke kota Bau-Bau yang hanya dapat ditempuh dengan perahu beberapa hari
lamanya. Pada suatu waktu mereka kehabisan makanan dan untuk mencari pekerjaan
pun kala itu betapa siulitnya sementara kiriman dari kampung tidak ada karena
cuaca. Akhirnya mereka hanya makan rebusan pisang dari halaman rumah tempat
mereka tinggal, tapi dia dan teman-temnya tetap bertahan. Pesan Beliau jika kamu mengalaminya , tetaplah bertahan,
In sya Allah, hasilnya akan kamu nikmati
seperti saya saat ini.
Untuk kisah yang
mungkin dapat bernuasa negatif terjadi pada saat saya duduk dikelas VI SD, kala
itu dalam menghadapi ujian Nasional, kami diberi pengayaan, materinya saat itu
tentang peta buta, untuk menunjukkan lokasi suatu tempat tentang ibu kota
negara, sungai, gunung dan lain-lain,
kala itu tidak bisa menjawab dan saya dipukul dengan mengunakan buku.
Kala itu saya sadari sebagai kesalahan saya tidak siap, namun seiring dengan
meningkatnya pemahaman saya ternyata memukul
sangat tidak baik. Tapi saya pahami tujuan guru saya tidak lain adalah
menginginkan saya seperti orang lain yang punya pengetahuna yang banyak untuk
bekal saya. Terima kasih untuk semua guru
saya, semoga amal ibadah kalian diterima dan diridhoi Allah amiin. Berkat
kalianlah hingga saya sampai berada pada titik ini dan kedepannya.
Pada
peristiwa kedua peristiwa tersebut diatas, selain saya tentunya pihak-pihak
yang terlibat selain saya adalah teman-teman sekelas saya yang saat itu belajar
bersama saya dikelas tersebut.
Kejadian
tersebut pada prinsipnya memberikan pengaruh yang besar terhadap diri saya,
karena keduanya saya jadikan pendorong bagi saya sehingga tetap saya menempuh
pendidikan meskipun mengalami keterbatasan secara ekonomi, karena ayah saya
sakit sejak SD dan meninggalkan saya untuk berpulang kehadirat ilahi lebih
awal. Terima kasih kepada kedua orang tua saya semoga kalian ditempatkan yang
mulia disisi Illahi Rabbi aamiin.
Untuk
menggambarkan emosi saya pada saat terjadinya peristiwa tersebut adalah sebagai
berikut:
Pada perisitwa
pertama yang berkaitan dengan cerita guru saya, pada saat itu saya sangat kagum
dan optimis, karena kebetulan saya
kurang lebih berada pada kondisi yang serupa.
Pada peristiwa yang
kedua yang berkaitan dengan perisitiwa saya tidak dapat menjawab dan diberi
hukuman dengan dipukul, emosi yang saat itu muncul sebagai manusia awalnya
benci, namun karena saya teringat nasehat ibu saya , beliau selalu menasehati
saya bahwa kalau mau bagus hidupmu, sekolah, coba kamu lihat pamanmu, sepupunya
ibu, hidupnya lebih baik. Tertanam dalam
benak saya bahwa sekolahlah yang membuat hidup orang lebih baik. Maka peristiwa
itu tidak menyurutkan semangat saya, malah justru sebaliknya saya lebih
termotvasi lagi untuk saya tahu banyak tentang peta buta (cara membaca peta
tanpa keterangan). Rangkaian-demi rangkaian peristiwa tersebutlah yang
mendorong saya hingga sampai menyelesaikan pendidikan seperti layaknya orang
lain.
Pelajaran yang dapat saya ambil dengan
kegiatan pembuatan trapesium usia dan roda emosi ini adalah saya lebih memahami
pentingnya menyadari diri tentang motovasi dan dorongan yang harus diberikan
kepada murid untuk tetap giat dalam mengasah diri, sehingga dengan semangat
tersebut mereka dapat berada pada titik
kebahagiaan hidup baik secara
individu maupun dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Adapun nilai-nilai
yang saya yakini sebagai seorang guru bahwa guru adalah sosok yang harus digugu
dan ditiru oleh murid. Oleh sebab itu guru harus menjaga prilakunya dalam
segala situasi. Dalam konteks lain peran guru dalam pembelajaran adalah
menghadirkan suasana belaajar yang kondusif, dengan mengutamakan pemberian
tuntunan guna menghadrikan pembelajaran yang bermakna bagi kelangsungan hidup
murid-muridnya pada episode kehidupan selanjuntya.
REFLEKSI
NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK
Nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya
menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya
Berkaitan
dengan nilai-nilai yang membantu saya
menggerakkan murid adalah berkaitan dengan pilihan hidup saya yang memilih guru
sebagai profesi saya. Saya sebagai guru harus mampu tampil sebagai pribadi yang
menyenangkan, menginspirasi, dan memotivasi murid-murid saya atau dalam bahasa
Ki Hajar Dewantara, guru harus mampu tampil sebagai ‘Ing Ngorso Sung Tulodo Ing
Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani’, sehingga mereka dapat menemukan jalan
keluar dalam menghadapi tahapan kehidupan setelah mereka keluar dari bangku
sekolah.
Sedangkan nilai-nilai yang mendorong saya untuk menggerakkan rekan guru dan komunitas saya adalah nilai yang berkaitan dengan nilai-nilai yang diajarkan pada agama saya Islam, sebagaimana Rasullah SAW, bersabda ”Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Al-Qadlaa’iy dalam Musnad Asy-Syihaab no. 129, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5787). (sumber: https://shorturl.gg/F7kr)
Selain itu
dalam Al Quran terdapat adanya larangan untuk berbuat kerusakan di muka
bumi serta adanya perintah untuk selalu berdoa agar senantiasa berbuat kebaikan
dimuka bumi ini. (Sumber : https://shorturl.gg/hVFE3)
Nilai-nilai tersebut menuntun saya untuk
menyebarkan kebaikan dimuka bumi kepada sesama manusia sehingga nilai-nilai
kebaikan itu menyebar merata yang mengantarkan kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara menjadai damai aman dan sejahatera lahir dan batin.
Sumber: shorturl.at/kmqt5
Nilai-nilai
ini sejalan dengan nilai-nilai yang dimiliki seorang guru penggerak yang harus
menjadi pemimpin dalam pembelajaran, organisasi dan komunitas guna mewujudkan
profil pelajar Pancasila yakni Bertaqa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak mulai, berkebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, kreatif,
bernalar kritis dan mandiri sebagai manusia Indonesia yang penuh dengan
kebijaksanaan.
Peran yang selama ini saya
mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya
Selama kurang lebih 20 tahun saya mengajar, telah menjalani
beberapa peran selama menjalankan tugas sebagai guru, peran pertama yang
tentunya tetap melekat pada diri saya, telah memainkan peran penting dalam
mencetak generasi bangsa khususnya di Kota Kendari. Sebagai guru pada saya
berada diruang kelas bukan hanya
bertindak memberikan pengetahuan, namun yang terpenting adalah memberikan
motibasi dan semangat serta upaya perbaikan ahklak agar murid-murid saya selalu
menjadi yang terbaik dengan motivasi yang saya berikan” jadilah dirimu selalu
yang terbaik, karena jika kamu semua menjadi yang terbaik, maka sekolahmu akan
menjadi yang terbaik, jika sekolah semua
sekolah menjadi yang terbaik maka kotamu akan menjadi yang terbaik, jika semua
kota menjadi yang terbaik maka Indonesia pasti maju.
Peran yang saya mainkan selama
ini untuk menggerakkan guru dan komunitas saya adalah menggerakkan MGMP di sekolah sebagai ketua
MGMP Prakarya dan Kewirausahan dan pada tingkat Kota Kendari, saya sebagai
sekretaris MGMP Kota Kendari. Pada peran ini berupaya menggerakkan teman
sejawat terutama menyangkut perkembangan dan penyusunan dokumen pembelajaran
yang akan digunakan di sekolah masing-masing.
Pada Tingkat sekolah juga saya
berperan dalam pengembangan karakter tentang pembentukan budaya bersih sekolah dan lingkungannya melalui program
LISASIPAPATE OK, namun karena ada pergantian pimpinan program ini tidak lagi
menjadi perhatian, karena fokus program pimpinan yang baru tidak menjadikan hal
ini menjadi prioritas, namun setelah melalui diskusi dengan pimpinan dan para
wakaseknya, sudah ada titik temu, hal ini akan dibudayakan kembali sebagai
upaya meneruskan pengembangan karakter murid-murid SMA Negeri 9 Kendari.
Komentar