Postingan

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN CGP

  JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MATERI PSE OLEH CGP_HERMAN_KOTA KENDARI Peristiwa Pada jurnal kali ini, materi   pelatihan yang sedang dibahas pada pelatihan CGP angkatan 5 adalah Pembelajaran Sosial Emosional (PSE). Pada modul ini seperti biasa belajar dengan menggunakan alur pembelajaran MERDEKA, yakni mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, refleksi terbimbing, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi, serta aksi nyata. Pada kegiatan modul ini, seperti biasa sebelum memasuki alur kegiatan pembelajaran dengan alur MERDEKA, tentunya pengantar materi merupakan pembuka kegiatan pembelajaran. Setelah menyelesaikan kegiatan tersebut dan tercentang biru, maka eksplorasi dilanjutkan menuju lorong selanjtunya yakni memasuki alur belajar mulai dari diri (M). Pada lorong ini terdapat 18 lorong, yang terdiri dari; latar belakang, defenisi PSE, kompetensi sosial emosional, tugas berkaitan dengan KSE, kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1.

Gambar
  MEMENUHI KEBUTUHAN MURID MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI OLEH HERMAN_CGP 05_KOTA KENDARI  Bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara melalui berbagai tulisan yang  publikasikan, telah banyak memberikan arah untuk pendidikan Indonesia. Salah satu pemikiran beliau yang menjadi arah dalam mendidik guru Indonesia adalah pembelajaran yang berpihak pada murid atau pembelajaran yang memerdekakan murid.  Salah satu pembelajaran yang sesuai dengan konsep ini adalah pembelajaran berdiferensiasi.  Sumber: Dokumen Pribadi  Pembelajaran berdiferensiasi ini sesuai dengan pemikiran beliau bahwa apapun aktivitas guru hendaknya murid yang menjadi tujuan akhirnya sesuai kodrat murid itu sendiri. Untuk mewujudkan hal ini, maka harus merubah cara pandangnya terhadap murid dari pemikiran bahwa murid bagaikan kertas kosong yang dapat ditulisi oleh siapapun termasuk guru sesuai kehendak mereka, namun menurut Ki Hajar Dewantara murid merupakan individu yang memiliki kodrat masing-masing, guru hanyala

REFLEKASI MATERI MODUL 1.4. BUDAYA POSITIF

Gambar
PERAN SAYA SEBAGAI CGP DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF  DI SEKOLAH  Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya, tentunya diperlukan serangkaian upaya untuk tetap melestarikannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menjadikan sekolah sebagai wadah untuk mengembangkan budaya positif yang berisi nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Untuk menciptakan budaya positif ini, membutuhkan serangkaian upaya yang harus dilakukan sekolah, mulai dari menetapkan jenis budaya positif yang akan dikembangkan atau dibiasakan, merancangkan stretegi pelaksanaannya, termasuk menetapkan sumber daya pendukung kegiatan.  Dalam pelaksanaan kegiatan ini kolaborasi guru dan semua pemangku kepentingan di sekolah sangat memegang peranan penting. Saya sebagai guru penggerak, yang salah satu perannya adalah mendorong kolaboratif, mendorong saya untuk berge

Koneksi Antar Materi Modul 1.3. Reflekasi Antar Materi Peran Pendidik Dalam Mewujudkan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) di sekolah

Gambar
Sumber: https://9h.fit/WVFVc0   Menurut KHD  pengajaran harus berpusat pada siswa. KHD menganalogikan siswa seperti bibit yang dimiliki oleh seorang petani. Seorang petani mungkin memiliki beragam bibit, seperti jangung, padi, kedelai. Menurutnya seorang petani tidak punya kuasa untuk mengubah jagung menjadi padi ataupun sebaliknya, petani hanya mampu merawat, memberikan pengairan, memberi pupuk agar tanaman tumbuh baik. Sama halnya dengan seorang guru, guru tidak punya kekuasaan untuk memaksakan semua siswa  sesuai  kehendaknya, namun ia hanya mampu menuntun siswanya agar menemukan jalan masa depannya masing-masing. Oleh karena itu  KHD menekankan agar guru  lebih memuliakan anak, seperti  salah satu azaz dari taman siswa “ bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak” Dalam konteks  ini, pendidik berperan sebagai Ing Ngorso Sung Tulodo yakni hadir  sebagai teladan bagi murid-muridnya. Ing Madya Mb

PRAKARSA PERUBAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAGJA

 BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Ekseskusi) merupakan  terjemahan bebas dari Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolabortif dan berbasis kekuatan konsep. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Whitney, 2005; Noble & Mc Grath, 2006). BAGJA yang merupakan terjemahan dari IA tersebut merupakan  pendekatan manajemen perubahan yang dapat juga digunakan untuk menyusun rencana prakarsa perubahan pada dunia pendidikan khususnya di sekolah. Berikut ini penuliskan sajikan salah satu contoh rencana prakarsa perubahan yang berkaitan dengan pembelajaran dikelas. Silahkan simak vidio berikut. 

VISI SAYA SEBAGAI GURU PENGGERAK

Gambar
        Deskripsi tentang pernyataan konsepsi pemikiran   yang mengandung harapan untuk perubahan yang lebih besar, ada pada setiap insan yang menginginkan perubahan baik pada skala individu, pada skala organisasi ataupun pada skala berbangsa dan bernegara. Konsepsi pernyataan tersebut merupakan cerminan dari isi pemikiran yang merupakan cita-cita yang akan diperjuangkan pada masa yang akan datang. Berkenaan dengan hal tersebut,   saya sebagai guru yang saat ini menjadi calon guru penggerak tentunya memiliki sejumlah harapan yang berhubungan dengan diri saya yang akan mempengaruhi atau turut berpengaruh kepada   murid-murid saya. Dimasa depan harapan saya dapat menjadikan murid-murid saya secara sadar melakukan aktivitas pendidikan atau dalam skala yang terkecil yakni belajar, mereka melakukannya dengan sukarela dimana, dan kapanpun meski tidak ada instruksi, arahan atau apapun yang datang dari guru atau orang tuanya. Intinya mulai dari sekarang bimbingan   dan tuntunan   yang baik

PENERAPAN PEMIKIRAN KHD SESUAI BUDAYA LOKAL SULAWESI TENGGARA

Penerapan filosofi pendidikan menurut  Ki Hajar Dewantara yang sesuai dengan budaya lokal Sulawesi Tenggara  yang  kami angkat pada presentase  ini adalah budaya "Pokadulu" yang identik dengan gotong royong. Pada aktivitas pokadulu ini unsur kolaboratif dan kerja sama menjadi unsur utama sehingga pencapaian tujuan dengan cepat terealisasi. Untuk lebih memahami penerapan budaya "Pokadulu tersebut kaitannya dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara , silahkan simak vidio berikut.